MENGOCEH PERTANDA CERDAS

Senin, 14 Maret 2011


Mengoceh bagi bayi merupakan aktivitas yang cukup rumit.
Diperlukan rangsangan yang tepat agar ocehannya makin ''bicara''.
Kalau bayi mulai mengoceh, ia tidak sedang iseng belaka.
Ia justru sedang menunjukkan kemampuannya. Pendapat ini  antara lain didasari beberapa penelitian yang dilakukan di Amerika. Patricia Kuhl, Direktur Departemen Speech  and Hearing University of Washington, mengungkapkan  dengan mengoceh berarti bayi berlatih membangun fondasi  berbahasa.
Mengoceh juga menunjukkan kecerdasan si kecil.
Kenapa? Karena bayi harus mentransformasikan suara atau  kata-kata yang didengarnya untuk diselaraskan dengan  kemampuan bicaranya. Senada dengan Kuhl, seorang  spesialis percakapan dari University of Kansas,  Mabel Rice, mengatakan bayi yang mengoceh berarti  sedang belajar berbahasa.

Hasil penelitian pakar perkembangan otak dari Amerika  tahun 1999, Huttenlocher, Jusyck, dan Kuhl juga menyebutkan,  pada umur 6-12 bulan bayi dapat mengenali pola bicara  orang di sekelilingnya. Bayi mampu mengenali kata-kata  yang sering diucapkan ayah/ibunya. Makin sering orang  tua berbicara kepada si kecil maka semakin kaya  perbendaharaan kata yang diperolehnya. Alhasil, dia  akan lebih terampil berbicara pada umur 5-6 tahun.

Jadi, ternyata bayi tak cuma mengingat perkataan orang  di sekelilingnya tapi juga menganalisanya. Bahkan, ia  memiliki kemampuan mengingat struktur percakapan orang  yang sedang berbicara di sekitarnya.

MENSTIMULASI KECERDASAN

Memang, tidak bijaksana jika kita hanya menganggap  mengoceh sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan bayi.

Seperti diungkapkan dr.Soedjatmiko,Sp.A(K),M.Si.,  kecerdasan merupakan suatu hal yang kompleks. Antara lain membutuhkan proses melihat, mendengar,  membandingkan, menyamakan, mengelompokkan, menggabungkan,  menyimpan, merepresentasikan atau mengeskpresikan melalui  berbagai cara, baik verbal maupun gerakan. Nah, agar  mengoceh dapat memberi kontribusi besar kepada  kecerdasannya, orang tua perlu menanggapi ocehan tersebut  dengan penuh kasih sayang. ''Dengan begitu bayi jadi merasa aman dan nyaman. Hal ini sangat penting untuk  pembentukan attachment serta basic trust pada bayi'', papar Ketua Subbagian Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Bagian Ilmu  Kesehatan Anak FKUI ini.

Mengoceh secara tidak langsung akan merangsang kecerdasan-kecerdasan lainnya, termasuk kecerdasan emosional, komunikasi, dan logika matematika. Loh..kok sampai ke logika matematika segala?
''Ya, kalau kita ingin bayi terbiasa dengan matematika, ajaklah ia berbicara mengenai konsep besar-kecil atau hitungan seperti penjumlahan dengan menggunakan alat peraga mainan. Secara otomatis hal itu menstimulasi kecerdasan matematikanya. Tentunya dengan syarat, lakukan dalam suasana bermain yang menarik dan menyenangkan '',kata Soedjatmiko.

TAHAPAN KEMAMPUAN BICARA

Kemampuan berbicara pada bayi terdiri atas beberapa tahapan. Berikut tahapannya menurut Soedjatmiko:

Usia 0- 3 bulan
Bayi mulai menunjukkan reaksi terhadap bunyi-bunyian yang didengarnya. Dia akan mencari sumber suara tersebut. Si kecil juga perhatian terhadap suara berirama.

Usia 3-6 bulan
Si kecil memandang orang yang berbicara padanya. Dia juga dapat tertawa dan mengeluarkan suara menandakan suasana hati gembira atau sebaliknya. Bayi akan terdiam memperhatikan/ mendengar suara yang dikenalnya.

Usia 6 -8 bulan
Bayi mulai bisa mengucapkan satu suku kata.
Misalnya, ''Ma, pa, ta...da.'' Si kecil juga akan menjerit atau
mengoceh minta diperhatikan. Di usia ini bayi menanggapi pembicaraan.

Usia 8-10 bulan
Bayi mulai bisa bersuara bersambung.
Misalnya, ''Ma-ma-ma-ma, pa-pa-pa-pa, da-da-da-da, ta-ta-ta-ta.''
Ocehannya mulai mirip dengan bicara.
Usia 10-13 bulan
Si kecil mulai bisa memanggil. Misalnya, ''Mama, Papa!''
Ia mulai bisa mengucapkan satu kata sederhana.

Jangan lupa dengan melatih bayi berbicara, kita  sekaligus akan merangsang perkembangan emosi, sosial dan kecerdasannya. Dengan latihan secara rutin  diharapkan lama-kelamaan bayi dapat menjawab ucapan orang tuanya dengan kata-kata bahkan kalimat.
 
MELATIH BAYI MENGOCEH

Nah, supaya si kecil tidak terlambat berbicara, lakukan metode praktis melatih bayi berikut ini setiap hari:

A. Berbicaralah kepada bayi sebanyak dan sesering mungkin.

1. Bertanya pada bayi
Contohnya, ''Kamu haus, ya? Mau susu lagi?;
Ini gambar apa?; Ini boneka apa?;
Ini warnanya apa?; Ini namanya siapa?''

2. Berkomentar terhadap perasaan bayi
Contohnya, ''Kasihan, adik rewel. Kepanasan, ya?
Nah, sekarang dikipasin ya?; Ooo, kasihan, adik rewel gatal digigit nyamuk, ya?; Jatuh ya? Sakit? Sini diobatin!''

3. Menyatakan perasaan ibu/ayah
Contohnya, ''Aduh, Mama kangen banget sama adik.
Tadi Mama di kantor ingat terus sama adik.
Mmmh, Mama sayang deh, sama adik.''

4. Berkomentar tentang keadaan bayi
Contoh, ''Tuh, mulutmu mungil, ya!;
Wah, rambutmu masih botak!''

5. Berkomentar mengenai kemampuan atau perilaku bayi
Contohnya, ''Wah, Rini sudah bisa duduk!;
Eeee, Tono sudah bisa berdiri?;
Horee, anakku sudah bisa jalan!''

6. Bercerita tentang benda-benda di sekitar bayi
Contoh, ''Ini namanya bantal. Warnanya merah muda.
Ada gambar Winnie the Pooh-nya.;
Yang ini namanya boneka Teletubbies. Ini yang warna merah.
Ini yang warnanya hijau. Yang itu ungu. Nih, coba peluk.''

7. Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan pada bayi
Contoh, ''Adik mandi dulu, ya? Pakai air hangat, pakai sabun, biar bersih, biar kumannya hilang, biar kulitnya bagus.
Sekarang dihandukin biar kering, tidak kedinginan.
Wah, Adik wangi. Sekarang pakai baju dan celana.
Nah, selesai. Enak, kan? Habis ini minum ASI terus tidur, ya?''

8. Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan orang tua
Contohnya, ''Mama sekarang mau bikin susu buat adik!
Ini susunya 3 takar ditambah air 90 ml, terus dikocok-kocok.
Terlalu panas enggak? Oh, enggak. Nah, siap deh!''

B. Dengarkan suara bayi, berikan jawaban atau pujian

Ketika bayi bersuara atau berbicara walaupun tidak jelas, segeralah ayah/ibu menoleh dan memandang ke arah bayi dan mendengarkan suaranya seolah-olah mengerti maksudnya.
Pandang matanya, tirukan suaranya, berikan jawaban atau pujian, seolah-olah bayi mengerti jawaban ayah/ibu.

Contoh: Ta-ta-ta-ta? Ma-ma-ma-ma? Kenapa, sayang?
Minta susu? Mau pup?

C. Bermain sambil berbicara

- Cilukba
Ayah/ibu mengucapkan, ''Ciluuuuuuk!'' sambil menutup muka dengan bantal beberapa detik kemudian bantal disingkirkan sambil ayah/ibu mengucapkan, ''Baaaaaa!''



- Kapal terbang
''Nih ada kapal sedang terbang. Ngengngngngng...''
Lalu arahkan kapal terbang mendekati wajah si kecil terus
mendarat di atas perutnya.

- Boneka
Seolah-olah ayah/ibu berbicara kepada bayi, ''Halo, kamu bayi
yang lucu, ya?''

- Menyebutkan anggota badan
Misalnya, ''Ini tangan. Ini kaki. Tiiiik...kitik...kitik., ini jari-jari.''

D. Membacakan cerita sambil menunjukkan gambar-gambar.

Bacakan cerita singkat dari buku cerita anak yang bergambar. Tunjukkan gambar tokoh-tokoh yang ada dalam cerita seperti binatang, benda-benda, dan manusia.

E. Banyak berbicara sepanjang jalan ketika bepergian

Tunjuklah benda-benda atau kejadian sambil menyebutkan dengan kata-kata secara berulang-ulang.
Itu layang-layang sedang terbang, itu kakak sedang menyeberang jalan, itu burung sedang terbang, itu pohon ada bunganya, dan lainnya.

F. Bermain dengan anak lain yang lebih jelas dan lancar
berbicaranya

Ajak bayi bermain dengan anak lain seperti kakak, tetangga, atau sepupu yang sudah lebih jelas berbicaranya. Kemudian, bermain bersama menggunakan boneka, kubus, balok, lego, buku
bergambar dan lainnya.

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Menurut Soedjatmiko ada beberapa hal yang mesti  diperhatikan orang tua ketika mengajarkan berbicara pada bayi adalah :

- Jangan memaksa si kecil berbicara.
- Kalau bayi bersuara walaupun tidak jelas, tetap berikan jawaban seolah-olah ibu/ayah mengerti ucapannya.
- Pujilah segera kalau dia seolah berbicara benar.
- Jangan menyalahkan kalau ucapannya tidak benar.
- Kalau bayi sudah bosan sebaiknya beralihlah ke kegiatan lain yang menarik dan menyenangkan.
- Jangan memotong ocehan bayi. Inilah alasannya:

(1) Saat mengoceh, bayi sebenarnya sedang berusaha
 menyampaikan pendapat atau ide-idenya. Kalau orang tua sampai memotong ocehan bayi, berarti juga memotong ide yang ingin disampaikan bayi.
Perlu diketahui, mengoceh merupakan bagian dari latihan mengembangkan pendapat maupun ide.

(2) Kalau orang tua sering memotong ocehan bayi, dikhawatirkan si kecil kelak tak memiliki kepercayaan diri yang kuat. Ia akan selalu takut untuk berbicara.

(3) Bayi ingin ocehannya diperhatikan dan dihargai.
Memotong ocehannya akan membuat si bayi merasa tak dihargai. Jadi, jangan sekali-sekali memotong ocehannya.

0 komentar:

Tentang Tulisan


1. Artikel berasal dari berbagai sumber yang saya kumpulkan selama 3 tahun dan saat itu beberapa sumber lupa dicopy di bawah artikel, mohon maaf jika ada yang merasa artikelnya tercantum dalam blog ini, silahkan konfirmasikan, insya Alloh akan saya cantumkan. Tidak ada maksud sedikitpun untuk mengakui tulisan orang lain menjadi tulisan saya.

2. Saya upload di blog ini dengan tujuan sebagai koleksi pribadi dengan maksud dimasukan blog untuk memudahkan pencarian kembali artikel saat di butuhkan.

3. Tulisan yang berasal dari saya sendiri akan saya cantumkan tanda "original" sebagai pembeda dengan tulisan orang lain.

4. Insya Alloh semua tulisan diusahakan sesuai kenyataan, jikapun tidak sama persis tidak dimaksudkan sebagai pembohongan tapi karena kejadian mungkin sudah berlalu sehingga ada faktor kelupaan yang tidak disengaja, tidak bermaksud merubah kejadian sebenarnya...

5. Jika ada tulisan baru orang lain yang saya upload, insya Alloh akan saya mintakan ijin atau minimal saya cantumkan sumbernya...


Blog Archive