KOK, KEPALANYA PANJUL, SIH ?

Senin, 14 Maret 2011


Jika ibu melahirkan secara normal, wajarlah bila si kecil kepalanya panjul. Pasalnya, bentuk kepala dipengaruhi oleh proses kelahiran. Lain hal bila kepalanya peyang. 

Jadi, Bu-Pak, bila bayi Anda memiliki kepala panjul sementara bayi tetangga atau kerabat Anda kepalanya berbentuk bulat sempurna, kemungkinan besar karena si tetangga/kerabat menjalani kelahiran lewat bedah sesar. "Bila ibu menjalani bedah sesar dan kepala belum masuk ke panggul ibu, bayi lahir melalui jalan yang lebih besar saat operasi sehingga kepalanya cenderung akan berbentuk bagus, yaitu bulat," terang dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Tak demikian halnya dengan bayi yang lahir melalui partus pervaginam atau proses kelahiran normal, "akan memiliki kepala yang sedikit memanjang," lanjut Irawan. Keadaan ini disebabkan kepala yang besar harus melalui jalan lahir yang kecil sehingga tulang kepala harus melakukan penyesuaian yang dalam istilah kedokteran disebut moulage (mulase).

BENGKAK DAN PANJUL
Lebih jauh dijelaskan Irawan, kepala bayi ketika lahir tak seperti kepala setelah lahir. Sebelum lahir, antara tulang kepala bayi sebelah kiri dan sebelah kanan seperti terbelah oleh "jahitan". "Jahitan" tersebut adalah sutura (persendian tak bergerak yang menggabungkan tulang-tulang tengkorak) yang berfungsi untuk mempermudah proses kelahiran. "Kepala ini sebenarnya, kan, tulang. Jadi, sutura diciptakan untuk mempermudah proses kelahiran," jelasnya.
Sewaktu proses kelahiran, sutura akan overlapping, saling menindih sehingga membuat kepala bayi mengecil. Dengan demikian, kepala bayi dapat melewati panggul ibu yang sempit sehingga lahirlah si bayi.
Nah, bila proses kelahiran normal mengalami hambatan semisal bayi terlalu lama di dalam panggul ibu, bisa mengalami seval hematom, yaitu pendarahan di kulit kepala yang terjadi karena ibu terlalu lama menekan ketika proses kelahiran, namun bayi tak keluar. "Darah itu, kan, kadang susah diserap oleh kulit sehingga membuat kepala menjadi seperti panjul," terang Irawan. Kalau ini yang terjadi, dokter pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali mendiamkannya. "Toh, lama-lama darah tersebut akan diserap sedikit demi sedikit dan sisanya akan menjadi tulang." Tapi, tak usah khawatir, Bu-Pak. Hal ini tak berbahaya karena pendarahannya terjadi di luar tulang kepala.
Pada kelahiran normal yang mengalami hambatan juga bisa terjadi kaput suksedaneum di kepala bayi, yakni bila ibu terlalu lama mengejan sehingga dari pembuluh darah keluar cairan yang merembes ke jaringan kulit kepala bayi. Akibatnya, kepala bayi jadi bengkak atau panjul. Tapi Bapak dan Ibu juga tak perlu khawatir karena hal ini tak akan berlangsung lama. "Kepala bayi akan berubah ke bentuk normal dalam satu atau dua hari," kata Irawan seraya melanjutkan, "Hal ini hampir sama dengan bayi lahir lewat pertolongan ekstrasi vakum." Bentuk kepalanya akan lebih lonjong akibat bekas tarikan tindakan tersebut. Namun kelainan bentuk kepala ini akan dapat kembali normal dalam satu bulan setelah kelahiran.

KEPALA PEYANG
Bagaimana dengan bentuk kepala peyang ? Kalau yang ini, ujar Irawan, bukan lantaran proses kelahiran. "Kepala peyang biasanya terjadi pada bayi-bayi yang mengalami hipotoni atau kelemahan otot," jelasnya. Umumnya, posisi tidur bayi yang selalu telentang karena lemas sehingga menyebabkan kepala bagian belakang menjadi datar.
Biasanya para ibu akan menggunakan bantal peyang karena khawatir kepala bayinya akan peyang. Menurut Irawan, bila bayi normal atau sehat, bantal peyang sama sekali tak diperlukan. "Karena bayi yang sehat, pada saat tidur pun akan menggerak-gerakkan kepalanya. Terlebih lagi bila umurnya sudah 4 bulan, misalnya, bayi sudah bisa tengkurap sehingga ia akan bolak-balik dari tidur telentang ke tengkurap," terangnya.
Jadi, Bu-Pak, tak perlulah si kecil diberi bantal peyang bila ia sehat. Toh, kepalanya tak akan jadi peyang. Lain halnya bila ia mengalami hipotoni, "bantal peyang akan berguna karena kepala bayi ditaruh di tempat yang datar, sehingga sedikit-banyak dapat membantu agar tak terlalu peyang," jelas Irawan.

PERHATIKAN LINGKAR KEPALA
Sebenarnya, kata Irawan, bentuk kepala tak terlalu penting. Yang lebih penting justru ukuran lingkar kepala karena menentukan proses perkembangan otak bayi. "Bila bentuk kepalanya panjul namun lingkar kepalanya normal, ini bukan masalah karena otak bayi akan berkembang dalam keadaan baik," terangnya. Ukuran lingkar kepala bayi yang normal kurang lebih 34 cm pada saat lahir. Selanjutnya akan bertambah 2 cm pada 3 bulan pertama, 1 cm pada 3 bulan kedua, dan 0,5 cm pada 6 bulan selanjutnya.
Mengingat pentingnya ukuran lingkar kepala, Irawan menganjurkan agar orang tua memantaunya secara rutin setiap 1 atau 2 bulan sekali sampai anak berusia 2 tahun. "Akan lebih baik bila hasil ukuran yang didapat tadi, secara telaten dibandingkan dengan grafik ukuran lingkar kepala dari Nelhaus yang selalu terdapat dalam buku catatan bayi." Dalam buku tersebut biasanya ada range atau kurve lingkar kepala. Bila kurve-nya masih dalam range yang ada, berarti perkembangan kepalanya normal.
Jadi, bila dalam grafik terlihat kenaikan yang curam, berarti perkembangan otak bayi tak baik karena perkembangan kepalanya terlalu besar atau dikenal dengan istilah makrosefali. "Kelainan makrosefali sering disebabkan peningkatan jumlah cairan otak atau istilahnya hidrosefalus," jelas Irawan. Sedangkan bila perkembangannya terlalu kecil disebut mikrosefali atau lingkar kepala yang kecil. "Mikrosefali mencerminkan perkembangan otak yang terganggu, misalnya, pada bayi dengan infeksi kongenital ataupun akibat gangguan saat proses persalinan," lanjutnya.
Deteksi dini adanya kelainan dalam ukuran lingkar kepala, tekan Irawan, dapat memberikan tatalaksana yang optimal sehingga gangguan dalam perkembangan anak dapat diminimalisir.
Namun demikian, ukuran lingkar kepala tak dapat diterapkan pada semua bayi; terlebih pada bayi prematur karena ukuran lingkar kepalanya memang kecil. Jadi, pada bayi prematur, normal saja bila ukuran lingkar kepalanya kecil. "Tapi bagi bayi yang lahir lebih bulan dan cukup bulan, hal ini berlaku," ujar Irawan.
Bayi yang lahir lebih bulan, misalnya, akan memiliki lingkar kepala yang kecil karena perkembangannya terhambat saat janin. Sedangkan bayi lahir cukup bulan tapi kepalanya kecil, pasti ada gangguan nantinya. Mungkin dalam satu atau dua bulan setelah kelahiran tak terlihat. Tapi, semakin besar dan fungsi otaknya pun semakin kompleks serta penuh, maka akan terlihat si bayi menjadi ketinggalan. Misalnya, hingga usia 3 bulan bayi masih berkembang normal seumpama dapat tengkurap. Namun di bulan berikutnya ketika bayi lain sudah bisa duduk, misalnya, ia mungkin belum bisa.
 Itulah mengapa, Irawan menegaskan, ketika bayi lahir, ibu sebaiknya mengetahui berapa ukuran lingkar kepala bayinya, "bukan malah bagaimana bentuk kepalanya."
Jadi, Bu-Pak, tak usah risau dengan bentuk kepala si kecil. Meskipun panjul atau peyang, yang penting ukuran lingkar kepalanya normal. Toh, kecantikan/kegantengannya tak akan hilang hanya gara-gara bentuk kepalanya tak bagus. Iya, kan!

UBUN-UBUN
Bapak-Ibu pasti tahu yang disebut ubun-ubun atau fontanela istilah kedokterannya. Itu, lo, bagian kecil dari kepala bayi yang sangat lunak. Saking lunaknya, tak jarang orang tua sampai bergidik bila harus menyentuhnya dalam merawat bayi sehari-hari. Bahkan, ada yang tak berani menyentuhnya sama sekali. Padahal, ubun-ubun sebenarnya tak selunak yang kita bayangkan karena ia dilapisi oleh membran (selaput tipis jaringan yang menutupi permukaan) yang cukup kuat. Jadi, sekalipun ubun-ubun sampai terkena "tusukan" jari kakak si bayi yang ingin tahu, membran tersebut akan mampu melindunginya.
Ubun-ubun terdiri dari 2 jenis, yaitu fontanela anterior dan fontanela posterior. Fontanela anterior atau fontanela depan terletak di puncak kepala bayi. Bentuknya seperti belah ketupat dan bisa mencapai lebar 5 cm. Fontanela depan akan mulai menutup ketika bayi berusia 6 bulan dan akan tertutup penuh ketika bayi berusia 18 bulan. Karena letaknya mudah terlihat, keadaan fontanela ini biasanya bisa dijadikan beberapa indikator keadaan bayi. Misalnya, fontanela anterior yang melesak ke bawah biasanya merupakan tanda bahwa bayi sedang mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Jadi bila melihat tanda ini sebaiknya bayi segera diberi cairan atau dibawa ke dokter. Atau, fontanela yang menonjol terus dapat menunjukan adanya peningkatan tekanan di dalam kepala. Ini juga segera membutuhkan perhatian dokter.

Sedangkan fontanela posterior terletak di belakang kepala dan bentuknya menyerupai segitiga dengan diameter kurang dari 1,25 cm. Tak seperti fontanela anterior, fontanela posterior tak gampang terlihat oleh orang awam. Ubun-ubun ini biasanya akan menutup pada bulan ketiga.
Kegunaan ubun-ubun yang terlihat lunak sebenarnya ada dua, yaitu untuk mempermudah proses kelahiran seperti yang sudah diutarakan di atas. Yang kedua, agar otak dapat berkembang maksimal. Seperti diketahui perkembangan otak paling pesat terjadi selama tahun pertama bayi.

0 komentar:

Tentang Tulisan


1. Artikel berasal dari berbagai sumber yang saya kumpulkan selama 3 tahun dan saat itu beberapa sumber lupa dicopy di bawah artikel, mohon maaf jika ada yang merasa artikelnya tercantum dalam blog ini, silahkan konfirmasikan, insya Alloh akan saya cantumkan. Tidak ada maksud sedikitpun untuk mengakui tulisan orang lain menjadi tulisan saya.

2. Saya upload di blog ini dengan tujuan sebagai koleksi pribadi dengan maksud dimasukan blog untuk memudahkan pencarian kembali artikel saat di butuhkan.

3. Tulisan yang berasal dari saya sendiri akan saya cantumkan tanda "original" sebagai pembeda dengan tulisan orang lain.

4. Insya Alloh semua tulisan diusahakan sesuai kenyataan, jikapun tidak sama persis tidak dimaksudkan sebagai pembohongan tapi karena kejadian mungkin sudah berlalu sehingga ada faktor kelupaan yang tidak disengaja, tidak bermaksud merubah kejadian sebenarnya...

5. Jika ada tulisan baru orang lain yang saya upload, insya Alloh akan saya mintakan ijin atau minimal saya cantumkan sumbernya...


Blog Archive